Fire Therapy atau terapi api adalah teknik pengobatan dari Tibet. Terapi ini menggunakan 12 jalur meridian tubuh, yang berfungsi membuka dan melancarkan peredaran darah. Gangguan kesehatan seperti gangguan pencernaan, sendi, pernapasan, dan saraf, bisa diatasi.

Dalam teori pengobatan Traditional Chinese Medicine (TCM), api, salah satu dari lima unsur (logam, kayu, air, api, dan tanah), merupakan lambang kehidupan dan kebudayaan Cina maupun Tibet. Orang-orang kuno Cina percaya bahwa dunia fisik terdiri dari lima unsur. Lima unsur ini mendukung dan menentang satu sama lain untuk mempertahankan keseimbangan dalam ekosistemnya.

Begitu pula dengan masyarakat Tibet. Sejak dahulu orang Tibet percaya bahwa api dapat membawa keberkahan, baik untuk kehidupan maupun kesehatan. Tak heran, terapi api populer di masyarakat Tibet untuk mengatasi berbagai keluhan kesehatan.

Pada awal perkembangannya, terapi api atau fire therapy hanya dikuasai oleh para biksu atau pendeta Tibet. Para biksu tak punya niat memasarkan terapi ini keluar dari Tibet. Mereka hanya mau mempraktikkan terapi ini bagi pengikut-pengikutnya.

“Suatu ketika, seorang biksu Tibet merasa kasihan pada orang asing yang mengalami sakit. Lewat terapi api yang diberikannya, orang asing tersebut mengalami kesembuhan. Selanjutnya, ia mengangkatnya sebagai murid. Dari situlah terjadi negosiasi untuk memasarkan terapi api ke dunia luar dengan visi membantu orang-orang untuk mendapatkan kesehatan yang sempurna,” ungkap Dr. Angelique Puspadewi dari Health & Beauty Club (HBC), Pluit, Jakarta, yang menghadirkan fire therapy ala Tibet di Jakarta.

Vasodilator
Fire therapy adalah sebuah teknologi yang menyempurnakan penggabungan teknologi Barat dan Timur untuk sebuah proses penyembuhan penyakit. Elemen dan terapi ini adalah akupresur, ramuan tanaman tradisional, dan vasodilator (zat yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah).

Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari terapi ini. Saat proses akupresur misalnya, bagian ini memperbaiki dan mempertahankan kinerja otot tubuh, sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah jantung), sistem pernapasan, kinerja sistem limfatik (sistem kelenjar getah bening), sistem endokrin (sistem hormonal) dan saraf, sistem pencernaan, serta sistem peremajaan kulit, sebut saja menghidupkan sel-sel yang rusak, kolagen.

Manfaat pemberian ramuan tradisional adalah rileksasi seluruh sistem dan metabolisme tubuh (terutama jaringan saraf di otak) dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Sementara itu, manfaat vasodilator adalah melebarkan pembuluh darah. Hal ini dapat terjadi lantaran energi panas yang ditimbulkannya. Manfaat lain adalah merileksasikan sistem jaringan tubuh dan melepaskan sumbatan pada pembuluh darah dan saraf (melancarkan peredaran darah).

12 Jalur Meridian
Menurut Budi, praktisi fire therapy HBC, daerah yang disasar pada terapi api adalah 12 jalur meridian tubuh. Meridian adalah jalan utama (besar) yang berjalan secara membujur. Dengan kata lain, meridian merupakan “saluran” untuk menyebarkan chi (energi vital) ke seluruh tubuh.

Secara keseluruhan, tubuh dibungkus oleh rajutan meridian. Jika salah satu bagian dari tubuh mengalami sakit, bagian yang lain akan merasakan sakit juga.

Selain sebagai penghubung rasa, meridian juga berfungsi sebagai penyalur rangsangan. Jika kita melakukan pemijatan atau rangsangan pada salah satu titik tertentu, efek rangsanganya dapat sampai pada organ yang dituju. Sebaliknya, meridian juga dapat menyalurkan penyebab penyakit.

Ke-12 meridian tubuh itu adalah 3 meridian yin dari tangan (meridian paru-paru, meridian perikardium, meridian jantung), 3 meridian yang dari tangan (meridian usus besar, meridian selaput jantung, meridian usus halus), 3 meridian yin dari kaki (meridian limpa, meridian ginjal, meridian hati) dan 3 meridian yang dari kaki (meridian perut, meridian kantong empedu, meridian kandung kemih). “Ke-l2 jalur meridian itulah yang disasar pada proses terapi api,” papar Budi.

Pijat dan Ramuan
Proses terapi api terbilang unik. Ada dua macam prosedur terapi yang dilakukan HBC - untuk melakukan pengobatan, yakni  proses punggung dan perut.

Pertama, proses punggung, awalnya dilakukan pemijatan di daerah punggung yang telah ‘dibersihkan terlebih dahulu dengan handuk kering. Selanjutnya dilakukan pemijatan-pemijatan.

Pemijatan ini dimaksudkan untuk melemaskan 12 jalur meridian tubuh yang terletak di sebelah kanan dan kiri tulang belakang. Kemudian, di atas punggung diletakkan seutas tali yang mengandung ramuan tradisional Tibet.

“Tali diletakkan lurus pada punggung, kemudian ditutupi handuk kering dan dilapisi kembali dengan handuk anti- api, yang telah direndam dalam air hangat, Alkohol 96 persen dituang ke atas handuk antiapi mengikuti formasi tali. Nyalakan api dari bawah atau bagian pinggul hingga bagian atas, yakni ke bagian punggung. Selagi api menyala, lemaskan tulang ekor secara perlahan,” ungkap Dr. Angelique.

Setelah itu, api dimatikan dengan handuk basah, dan dilakukan pemijatan di titik-titik meridian tubuh sebelah kanan dan kiri. Arah pemijatan, dari depan ke belakang, menyesuaikan irama jantung.

Proses pemijatan ini diulang enam hingga delapan kali. Selanjutnya, semprotkan arak penutup pori-pori dan lemaskan kembali seluruh otot tubuh hingga kaki. Terakhir, lakukan pemijatan kembali yang bertujuan mengendurkan urat saraf dan sel tulang belakang.

Kedua, yakni proses perut, kata Budi, hampir sama dengan proses pada punggung. Bedanya, formasi tali dibuat berbentuk tambang yang melingkar di perut. Tujuan formasi ini untuk membantu proses penyembuhan penyakit di bagian perut. Untuk persendian, terapi api dilakukan pada bagian yang dikeluhkan, misalnya di bagian lutut dan tungkai kaki.

“Terapi ini baik juga dilakukan untuk mereka yang punya keluhan tulang belakang yakni hernia nucleus pulposus, sendi (rheumatoid arthritis), jantung dan pembuluh darah, sistem pernapasan (asma, bronkitis), saraf (stroke, neuritis), pencernaan (maag), reproduksi (haid tidak lancar), dan meremajakan kulit,” kata Budi.
Untuk pengobatan, lakukan terapi api 2-3 kali selama 3 minggu. Untuk menjaga kesehatan, lakukan seminggu sekali. Menurut Dr. Angelique, terapi api ini tidak punya efek samping.

Sumber : kompas.com