BULIR air mata Siti Mariam tak mampu dibendung. Sesekali, ia mengusap matanya yang basah. Di selingi isak tangis, perempuan 42 tahun ini menceritakan kisah pilu hidupnya selama ini. Selama 17 tahun, Mak Cit, panggilan akrab Siti Mariam, ini bergulat dengan tumor payudara. Hampir putus asa, Mak Cit menahan derita tumor yang menggerogoti bagian tubuhnya itu.
Tapi untunglah, ikhtiar dan kesabaran Mak Cita mengobati tumor tersebut selama ini akhirnya membuahkan hasil. Kini, tumor itu telah hilang dari tubuhnya. "Alhamdulillah, semua ini atas kehendak Allah SWT. Doa dan ikhtiar saya selama ini akhirnya dikabulakan Allah," ujarnya, saat menceritakan kisah itu kepada reporter Bangka Pos.
Selama 17 tahun, Mak Cit divonis menderita komplikasi tumor payudara, infeksi kelenjar dan lambung. Keinginan kuat untuk bertahan hidup demi buah hatinya membuat Mak Cit melakukan berbagai upaya penyembuhan ke berbagai dokter dan rumah sakit.
"Saya pernah ke Palembang dengan bantuan bu Eko yang waktu itu masih menjadi ibu bupati. Tapi saya takut karena payudara harus diangkat, saya benarbenar takut. Akhirnya balik lagi ke Bangka," tuturnya. Berbagai usaha dilakukan namun penyakit tak kunjung sembuh membuat Mak Cit sempat putus asa bahkan sampai berniat mengakhiri hidupnya.
"Pernah juga minum baygon, habis penyakitnya tidak sembuh sembuh, tapi sukurnya masih bisa diselamatkan anakku," ujarnya. Kendati sakit Mak Cit masih melakukan aktivitas sehari-hari seperti mengurus mes, memasak untuk berbagai kegiatan yang di gelar pemda dan sesekali jualan nasi goreng di THR.
"Bertahun tahun lamanya saya keliling mencari obat, ape dikata orang saya makan bahkan hingga minum minyak tanah sekalipun pernah saya lakukan. Saya ingin sembuh benar, waktu itu anak-anak masih membutuhkan saya, apalagi suami juga terkena kanker paruparu. Semakin saya sakit semakin kuat keinginan untuk sembuh karena memikirkan anakanak," papar ibu lima orang anak ini dengan mata memerah.
Setelah melewati masa krisis kepercayaan diri karena tak kunjung sembuh dari penyakitnya, suatu malam di tahun 2004 Mak Cit seperti mendengar suara ghaib yang menyuruhnya untuk melakukan terapi dengan berendam di Pemandian air panas Pemali. "Saya seperti mendengar suara yang menyuruhku mandi di Pemali tapi jam lima pagi, peristiwa ini kuceritakan pada suamiku dan paginya kami langsung ke sana mandi,"ungkapnya.
Satu, dua bulan belum memperlihatkan hasil, Mak Cit tak putus asa. Usahanya ternyata berhasil, setelah satu tahun melakukan ritual mandi air panas di pemali satu minggu dua kali, tanda-tanda kesembuhan mulai dirasakan. "Setelah satu tahun penyakit mulai pada keluar, mulamula dari mulut keluar cairan seperti nanah, dan pasir-pasir lembut. Begitu juga dari payudaranya yang mengeluarkan cairan nanah," papar Mak Cit.
Bersamaan dengan itu keluhan sakit yang selama ini di deritanya sedikit demi sedikit mulai menghilang. Untuk memastikan kondisinya, Mak Cit melakukan cek up ulang dan hasilnya penyakit yang selama ini dideritanya dinyatakan telah hilang oleh dokter.
"Kini lihatlah badan Mak Cit sudah segar, kalau dulu bengkak di sini," ujar Mak Cit sambil memegang dadanya menunjukkan bagian sakit yang pernah dideritanya. Tak lupa wanita ini mengungkapkan ribuan terimakasihnya pada seluruh dokter yang pernah merawatnya, juga pada keluarga besar El John yang telah memberi kemudahan baginya untuk melakukan terapi.
Kini setelah apa yang dideritanya lewat, keinginan Mak Cit bisa melaksanakan ibadah umroh untuk mengungkapkan rasa sukur dan terimakasihnya pada yang kuasa. "Selama kita yakin, sakit itu pasti ada obatnya dan jangan pernah berputus asa bagaimanapun kondisi penyakit yang kita derita," papar Mak Cit penuh syukur.

Sumber : Bangka Pos