Selain dengan obat, asma juga bisa ditangani dengan senam. Namanya senam asma. Cukup 3 kali seminggu, para penderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan ini bisa tetap menjaga kualitas hidupnya.
Demikian diungkap Ketua Dewan Asma Indonesia (DAI) Prof dr Faisal Yunus, PhD, SpP(K), FCCP saat jumpa pers Hari Asma Dunia 2009 dengan tema "Anda Bisa Mengontrol Asma Anda, Bertindak Sekarang!" di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Senin (4/5).
"Senam ini diciptakan tahun 1985," kata Faisal yang juga Ketua I Yayasan Asma Indonesia (YAI), sebagai pihak yang mengelola senam asma.
Lama senam ini, katanya, awalnya 45 menit. Gerakan senamnya sendiri terdiri dari pembukaan, dilanjutkan dengan gerak inti A dan gerak inti B. Setelah itu, ada gerakan aerobik lalu pendinginan.
Menurut Faisal, senam ini menunjukkan hasil yang positif. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil penelitian terhadap penderita yang melakukan senam asma dengan penderita yang tidak melakukannya. "Setelah setahun melakukan senam ternyata mereka yang melakukan senam seminggu tiga kali menunjukkan berkurangnya serangan asma. Obat juga berkurang. Sedangkan mereka yang tidak senam kebalikannya," kata Faisal.
Melihat dampak positif dari senam ini, maka para penderita asma mengusulkan kepada YAI supaya durasi waktu senam ini ditingkatkan. Maka, tahun 1994 dan 2003 senam asma ini direvisi. Khusus untuk tahun 2003 durasi waktu senam asma menjadi 1 jam. Yang membedakan dengan senam sebelumnya, versi 2003 memiliki 3 gerakan aerobik. "Bagi asmanya masih berat hanya melakukan aerobik satu, asma sedang memakai aerobik 2, kalau sudah baik seperti orang normal sampai pada (gerakan) aerobik 3," jelas Faisal.

Mereka yang terlibat dalam penyempurnaan senam asma 2003 ini adalah dokter paru, dokter Haryo Tilarso sebagai dokter olahraga, dokter rehabilitasi medis, fisioterapis, dan pelatih senam.

Senam asma ini sangat membantu karena, menurut Kepala Rehabilitasi-Respirasi Departemen Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) RS Cipto Mangunkusumo Nury Husdwinuringtyas, senam ini banyak menggunakan otot kaki. Menurutnya, otot kaki adalah otot terbesar. Jika ini digerakkan maka paru-paru akan mengembang dan lentur lalu sangkar thorax mudah bergerak sehingga kebutuhan oksigen yang bersangkutan terpenuhi.
Senam ini diciptakan karena, menurut Nury, penderita asma tidak boleh sembarangan olahraga. Olahraga yang berat malah memicu asma. Olahraga yang direkomendasikan adalah senam asma tentunya, jalan kaki, lari kecil, dan naik sepeda. "Sekalipun senam sangat membantu para penderita asma, pengobatan harus tetap dilakukan," ungkap Faisal.

sumber : kompas