Ribuan penelitian telah mengungkapkan, teh hijau adalah minuman alami menyehatkan dan kaya akan kandungan antioksidan. Faedahnya pun begitu beragam, mulai dari memelihara kesehatan jantung hingga menekan risiko kanker.

Berdasarkan temuan para ahli di Mesir, teh hijau ternyata juga memiliki pengaruh positif bagi antibiotik. Para peneliti dari Universitas Alexandria menyimpulkan, teh hijau mampu meningkatkan keampuhan antibiotik dalam membunuh bakteri resisten hingga 3 kali lipat, bahkan kuman super sekalipun.

Teh hijau adalah salah satu jenis minuman favorit bagi warga Mesir. Bahkan tak tanggung-tanggung, mereka kerap meminumnya bersama obat-obatan seperti antibiotik.  Peneliti tertarik melihat apakah teh hijau dapat menurunkan, meningkatkan, atau sama sekali tak memengaruhi kinerja antibiotik.

Hasilnya mengejutkan, menurut studi yang hasilnya dipresentasikan pada pertemuan Society for General Microbiology di Edinburgh, Skotlandia, akhir Maret 2008, teh hijau mampu meningkatkan  kemampuan antibiotik melawan bakteri resisten, bahkan kuman super sekalipun.

"Kami menguji kombinasi teh hijau dengan antibiotik melawan 28 penyakit yang disebabkan dua kelas mikroorganise,"  kata Dr Mervat Kaseem dari Fakultas Farmasi Universitas Alexandria yang memimpin studi itu.

Ia menjelaskan, "Pada setiap kasus tertentu, teh hijau terbukti meningkatkan aktivitas antibiotik membunuh bakteri. Misalnya, efek kloramfenikol membunuh bakteri 99,99 persen lebih baik dari saat meminum teh hijau dibandingkan tanpa menggunakannnya."

Kaseem dan timnya juga menemukan teh hijau mampu membuat 20 persen bakteri resisten menjadi rentan dengan antibiotik sefalosporin, sejenis antibiotik penting untuk mengatasi strain bakteri yang telah berubah menjadi resisten atau kebal.

Peneliti menambahkan, hampir pada setiap kasus dan semua tipe antibiotik yang mereka uji, pemberian antibiotik bersama teh hijau meningkatkan kerja antibiotik tersebut, serta mengurangi resitensi obat pada bakteri. Dan untuk kasus tertentu, green tea dengan konsentrasi rendah sekalipun tetap efektif.
"Hasil studi kami menunjukkan bahwa kita harus mempertimbangkannya lebih serius bahan-bahan alami yang dikonsumsi setiap hari," ujar Kaseem.

"Di masa mendatang kami akan mencari dan meneliti bahan alami lain seperti majoram dan thyme. Ini diperlukan untuk  menguji apakah mereka juga mempunyai zat aktif yang membantu memerangi bakteri resisten terhadap obat," katanya.

Sumber : Kompas, healthdaynews