Ramadhan sudah makin dekat. Setiap umat Muslim tentu ingin menjalankan ibadah puasa Ramadhan ini selama sebulan penuh. Tentu saja dibutuhkan kekuatan dan kesehatan fisik maupun mental yang kuat dalam menjalankan ibadah puasa ini. Namun, para penderita penyakit kronik atau degeneratif tertentu seiring bertambahnya usia perlu kiat khusus agar tetap bugar saat berpuasa.

Ada beberapa kelompok orang dengan kondisi kesehatan tertentu yang harus mempertimbangkan beberapa hal agar dapat menjalankan ibadah puasa Ramadhan tanpa mengganggu kesehatan mereka. Sebut saja kelompok orang dengan penyakit lambung atau sering disebut sakit maag, kelompok orang dengan penyakit kencing manis atau diabetes mellitus, dan kelompok orang usia lanjut yang menderita penyakit degeneratif.

Demikian benang merah simposium yang diprakarsai Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia di aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta. Simposium itu diisi para pembicara, yaitu dr Ari Fahrial Syam, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar PAPDI, dr Siti Setiati dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dan dr Dante Saksono dari Divisi Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM.

Bagi umat Muslim, puasa ditandai oleh tidak makan dan minum serta menghentikan segala sesuatu yang membatalkan, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (sekitar 14 jam). Saat berusia lanjut atau geriatri, muncul pertanyaan soal amankan berpuasa bagi pasien usia lanjut. Sebab, meski kemampuan fisik menurun, sebagian besar pasien geriatri bersemangat menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, ujar Siti Setiati.

Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut dengan banyak penyakit dan banyak obat, gejala dan tanda penyakit tidak khas, fungsi organ tubuh menurun, gangguan aktivitas hidup sehari-hari, gangguan status gizi, dan masalah psikososial. Beberapa perubahan fisiologis dan psikologis pada pasien usia lanjut antara lain rasa haus menurun, asupan cairan menurun, berisiko mengalami dehidrasi, mudah timbul rasa lelah, lemah dan bingung. Nafsu makan juga turun karena sensasi rasa lapar menurun dan rasa terisolasi.

Hasil survei poliklinik geriatri RSCM pada Agustus 2008 terhadap sekitar 100 lansia usia 64-83 tahun menunjukkan, sebanyak 76,5 persen dari mereka menjalankan ibadah puasa. Dari total jumlah pasien geriatri yang berpuasa Ramadhan, sebanyak 83,30 persen melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Penyakit tersering yang diderita adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi, kata dia.

Manfaat puasa Ramadhan adalah mengurangi kalori atau energi, rasa tenang dan damai karena gula darah lebih stabil selama puasa, shalat tarawih membantu pengeluaran energi (200 kalori) sama dengan olah raga, ujarnya menambahkan. Hasil penelitian puasa Ramadhan terbukti menurunkan asupan kalori sekitar 12-15 persen, menurunkan kolesterol dan tekanan darah, serta menurunkan status radikal bebas.

Berpuasa aman bagi orang usia lanjut atau geriatri jika kondisi kesehatan stabil, penyakit terkontrol, dan tidak ada infeksi akut. Karena itu, pola makan selama berpuasa harus dijaga. Saat sahur pasien geriatri dianjurkan mengonsumsi 40 persen dari total kebutuhan kalori harian. Ketika buka puasa, pasien disarankan mengonsumsi makanan 50 persen dari kebutuhan kalori dengan makanan ringan sebelum shalat maghrib, makanan berat setelah shalat maghrib. Sesudah tarawih, konsumsi 10 persen dari kebutuhan kalori.

Dalam berpuasa, pasien usia lanjut harus mencukupi kebutuhan kalori sama dengan ketika tidak berpuasa, konsumsi cairan 8-10 gelas per hari untuk mencegah kekurangan cairan, konsumsi air atau jus buah antara berbuka puasa dan sebelum tidur, komposisi gizi harus seimbang, membatasi makanan yang digoreng dan meningkatkan kadar lemak, cukup mengonsumsi vitamin dan mineral. Minum dan makanlah dengan otak, tidak dengan lidah. Jika kondisi fisik tidak memungkinkan, sebaiknya tidak memaksakan diri untuk terus berpuasa, ujarnya.

sumber : kompas